Kamis, 05 Desember 2019
Kamis, 28 November 2019
Kamis, 31 Oktober 2019
Kamis, 24 Oktober 2019
Kamis, 17 Oktober 2019
PENGERTIAN BANDAR UDARA
Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat"
(sumber : Wikipedia Indonesia ).
PERATURAN TENTANG BANDAR UDARA
(sumber : Wikipedia Indonesia ).
PERATURAN TENTANG BANDAR UDARA
Rabu, 22 Mei 2019
Senin, 20 Mei 2019
PENJELASAN PERHITUNGAN JEMBATAN (BEBAN PRIMER,SKUNDER DAN KHUSUS )
Penjelasan Perhitungan Jembatan (beban primer, skunder dan khusus)
Pembebanan pada Jembatan .
Dalam perencanaan struktur jemabatan secara umum, khususnya jembatan komposit, hal yang perlu sekali diperhatikan adalah masalah pembebanan yang akan bekerja pada struktur jembatan yang dibuat. Menurut pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR No 378/1987) dan PMJJR No 12/1970 membagi pembebanan jembatan dalam dua kelas, yaitu:
Kelas
|
Berat Beton
|
A
B
|
10
8
|
Table 2.1 Kelas tekan as gandar (PMJJR No.12/1970)
Ada beberapa macam pembebanan yang bekerja pada struktur jembatan, yaitu:
2.2.1 Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.
- Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume beban.
- Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Penggunaan beban hidup di atas jembatan yang harus ditinjau dalam dua macam beban yaitu beban “T” yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk gelagar.
Gambar 2.1 beban “D”
Untuk perhitungan gelagar harus dipergunakan beban “D” atau beban jalur. Beban jalur adalah susunan beban pada setiap jalur lalulintas yang terdiri dari beban yang terbagi beban rata sebesar “q” ton/m panjang perjalur dan beban garis “p” ton perjalur lalulintas. Untuk menentukan beban “D” digunakan lebar jalan 5,5 m, maka jumlah jalur lalulintas sebagai berikut:
Gambar 2.2 ketentuan penggunaan beban “D”
Table 2.2 jumlah jalur lalulintas
Lebar lantai kendaraan (m)
|
Jumlah jalur lalulintas
|
5,50 – 8,25 m
8,25 – 11,25 m
11,25 – 15,00 m
15,00 – 18,75 m
18,75 – 32,50 m
|
2
3
4
5
6
|
(PPPJJR No. 378/KPTS/1987)
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50 m makan beban “D” sepenuhnya (100%) dibebankan pada seluruh lebar jembatan dan kelebihan lebar jembatan dari 5,5 m mendapat separuh beban “D” (50%). Jalur lalulintas ini mempunyai lebar minimum 2,75 m dan lebar maksimum 3,75 m. Beban “T” adalah beban kendaraan Truck yang mempunyai beban roda 10 ton (10.000 Kg) dengan ukuran-ukuran serta kedudukan dalam meter, seperti tertera pada gambar 2.3 untuk perhitungan pada lantai kendaraan jembatan digunakan beban “T” yaitu merupakan beban pusat dari kendaraan truck dengan beban roda ganda (dual wheel load)sebesar 10 ton
Gambar 2.3 beban “T” bekerja pada lantai kendaraan
Dimana beban garis P= 12 ton sedangkan beban q ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Q= 2,2 t/m untuk L<30 m="" span="">
Q= 2,2t/m – (11/60)x(L-30) t/m untuk 30>L< …..[2-1]
Q= 1,1x(1+(30/L))t/m untuk L>60m
Dimana L adalah panjang bentangan gelagar utama (m) untuk menentukan beban hidup, beban terbagi rata (t/m/jalur) dan beban garis (t/jalur) dan perlu diperhatikan ketentuan bawah.
Beban terbagi merata = Q ton/meter………................[2-2]
2,75 m
Beban garis = Q ton ......................................[2-3]
2,75 m
Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada lebar jalur lalulintas. Dalam perhitungan beban hidup tidak penuh, maka digunakan:
- Jembatan permanen= 100% beban “D” dan “T”.
- Jembatan semi permanen= 70% beban “D” dan “T”.
- Jembatan sementara= 50% “D” dan “T”.
Dengan menggunakan beban “D” untuk suatu jembatan berlaku ketentuan ini.
- Beban kejutan/Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya. Koefesien kejut ditentukan dengan rumus:
K= 1+……………………………………………….[2-4]
Dimana: K= koefesien kejut
L= panjang/ bentang jembatan
2.2.2 Beban Sekunder
Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
- Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang yaitu:
- Beban angin pada rangka utama. Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
- Beban angin pada bidang kendaraan. Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka, beban angin yang terjadi dipikul semua oleh ikatan angin bawah.
- Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
a. Bangunan Baja
- Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
- Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
b. Bangunan Beton
- Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
- Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C
Dan juga tergantung pada koefisien muai panjang bahan yang dipakai misalnya:
- Baja ε =12x10-6/0C
- Beton ε =10x10-6/0C
- Kayu ε =5x10-6/0C
c. Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu sebesar 150C
d. Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m dari permukaan lantai jembatan.
- Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G ……………………………………………[1-5]
Dimana:
KS = koenfisien gaya horizontal (%)
G = beban mati (berat sendiri) dari kontruksi yang ditinjau.
E = koefisien gempa bumi ditentukan berdasarkan peta zona gempa dan biasanya diambil 100% dari berat kontruksi.
- Gaya Gesekan Pada Tumpuan Bergerak
Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10 sampai dengan 0,15.
2.2.3 Beban Khusus
Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.
- Gaya sentrifugal
Konstruksi yang ada pada tikungan harus diperhitungkan gaya horizontal radial yang dianggap bekerja horizontal setinggi 1,80 m di atas lantai kendaraan dan dinyatakan dalam % terhadap beban “D” dengan rumus sebagai berikut:
……………………………………[2-6]
Dimana:
S= gaya sentrifugal (%) terhadap beban “D” tanpa factor kejut.
V= kecepatan rencana (km/jam).
R= jari-jari tikungan (m).
- Gaya Gesekan pada Tumpuan
Gaya gesekkan ditinjau hanya timbul akibat beban mati (ton). Sedangkan besarnya ditentukan berdasarkan koefisien gesekan pada tumpuan yang bersangkutan dengan nilai:
a. Tumpuan rol
- Dengan 1 atau 2 rol :0,01
- Dengan 3 atau lebih :0,05
b. Tumpuan gesekan
- Antara tembaga dengan campuran tembaga keras =0,15
- Antara baja dengan baja atau baja tuang =0,25
- Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang
Untuk memperhitungkan gaya akibat antara pier (bangunan penunjang jembatan diantara kedua kepala jembatan) dan kendaraan, dapat dipikul salah satu dan kedau gaya-gaya tumbukkan horizontal:
- Pada jurusan arah lalulintas sebesar………………..100 ton
- Pada jurusan tegak lurus arah lalulintas……………50 ton
- Beban dan Gaya selama pelaksanaan
Gaya yang bekerja selama pelaksanaan harus ditinjau berdasarkan syarat-syarat pelaksanaan.
- Gaya Akibat Aliran Air dan Benda-benda Hanyut
Tekanan aliran pada suatu pilar dapat dihitung dengan rumus:
P=KxV2………………………………………………....[2-7]
Dimana:
P= tekanan aliran air (t/m2)
V= Kecepatan aliran air (m/det)
K= koefisien yang bergantung pada bentuk pier
DATA JEMBATAN
A. SISTEM STRUKTUR
PARAMETER
|
KETERANGAN
| |
Klasifikasi Jembatan
|
Klas I Bina Marga
| |
Tipe Jembatan
|
Rangka beton portal lengkung
| |
Jumlah bentang
|
3
|
bentang
|
Panjang bentang tengah
|
75
|
m
|
Panjang bentang tepi
|
35
|
m
|
Panjang total jembatan
|
145
|
m
|
1. Struktur Atas (Upper Structure)
Terdiri atas : Slab lantai kendaraan, yang menjadi kesatuan monolit dengan balok dan kolom yang membentuk rangka beton portal lengkung.
2. Struktur bawah (Sub Structure)
Terdiri atas Abutment dengan Fondasi Footplat dan Pier dengan sistem fondasi Borpile.
Beban Jembatan 1
3. Dimensi Jembatan
Potongan Slab lantai kendaraan, Balok induk (Girder) dan Balok anak (Beam)
Tebal slab lantai jembatan
|
h
|
0.25
|
m
|
Tebal lapisan aspal + over-lay
|
ta
|
0.10
|
m
|
Tebal genangan air hujan
|
th
|
0.05
|
m
|
Jarak antara kolom penyangga
|
Lx
|
5.00
|
m
|
Jarak antara balok lantai
|
s
|
1.70
|
m
|
Lebar jalur lalu-lintas
|
b1
|
6.00
|
m
|
Lebar trotoar
|
b2
|
1.50
|
m
|
Lebar median
|
b3
|
0.50
|
m
|
Bentang jembatan tengah
|
L1
|
75.00
|
m
|
Bentang jembatan tepi
|
L2
|
35.00
|
m
|
Penampang memanjang rangka beton portal lengkung
Beban Jembatan 2
Penampang melintang rangka beton portal lengkung
4. Bahan Struktur
Mutu beton :
|
K - 350
| |||||
Kuat tekan beton
|
fc' = 0.83 * K / 10 =
|
29.05
|
MPa
| |||
Modulus elastik
|
Ec = 4700 * √ fc' =
|
25332
|
MPa
| |||
Angka poisson
|
u =
|
0.2
| ||||
Modulus geser
|
G = Ec / [2*(1 + u)] =
|
10555
|
MPa
| |||
Koefisien muai panjang untuk beton,
|
ε = 1.0E-05
|
/ ºC
| ||||
Mutu baja :
| ||||||
Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm :
|
U - 39
| |||||
Tegangan leleh baja,
|
fy=
|
390
|
MPa
| |||
Untuk baja tulangan dengan Ø ≤ 12 mm :
|
U - 24
| |||||
Tegangan leleh baja,
|
fy=
|
240
|
MPa
| |||
Specific Gravity
|
kN/m3
| |||||
Berat beton bertulang
|
25.00
| |||||
Berat beton tidak bertulang
|
24.00
| |||||
Berat aspal
|
22.00
| |||||
Berat jenis air
|
9.80
| |||||
Berat timbunan tanah dipadatkan
|
17.20
|
Langganan:
Postingan (Atom)
TIPE PESAWAT DOMESTIK DAN LUAR NEGERI
1. Boeing 737 thejakartapost.com Pertama, mari berkenalan dengan Boeing 737. Tipe pesawat ini sering digunakan untuk rute pendek...
-
PERATURAN PEMBEBANAN 87 Pembebanan Pada Jembatan Jalan Raya 4 Comments Tweet Peraturan tentang pembebanan jembatan...
-
Penjelasan Perhitungan Jembatan (beban primer, skunder dan khusus) Pembebanan pada Jembatan . Dalam perencanaan struktur jemab...
-
SNI T-03-2005 RSNI T-03-2005 Rancangan Standar Nasional Indonesia Perencanaan struktur baja untuk jembatan Badan Standardisasi ICS...